Posted on: December 12, 2020 Posted by: admin Comments: 0
Museum Sonobudoyo Gelar Pameran Jayengtilam

Memeriahkan HUT ke-85 tahun, Museum Sonobudoyo menggelar Pameran Jayengtilam : Sastra Lisan dan Pembentukan Identitas Lokal.

Pameran Jayengtilam dapat dinikmati di Museum Sonobudoyo mulai 6 November hingga akhir tahun 2020.

Kegiatan ini menyambung kesuksesan pameran-pameran sebelumnya.

Yang spesial, temporer Annual Museum Exhibition (AMEX) kali ini bertepatan dengan

peringatan HUT ke -85 Museum Sonobudoyo.

Pameran digelar di Gedung Pameran Temporer Museum Sonobudoyo, yang berada di Jalan Trikora/ Pangurakan No. 4 Yogyakarta, atau sisi selatan dari titik nol.

Pameran tersebut menghadirkan 7 ruang utama dengan berbagai koleksi dan penceritaan serta 1 ruang interaksi yang akan memanjakan pengunjung mendengarkan tradisi tutur.

Setiap ruang akan berdiri sebagai penceritaan yang mandiri.

Pengunjung tentu akan dimanjakan dengan narasi yang dibangun dalam pameran ini.

Cerita tentang Wayang Beber Panji, Wayang Setanan, Astabrata, Kanjeng Ratu Kidul, hingga topeng dan pasren mewarnai setiap sudut ruang pamer.

Pameran temporer yang digelar sejak tanggal 6 November hingga akhir tahun 2020.

Baca Juga : Pameran Lukisan Benang Tandai Peringatan 95 Tahun Tino Sidin

Latar Belakang Pameran

Ide dasar dari penyelenggaraan pameran ini adalah kedekatan emosional Masyarakat Jawa dan Yogyakarta terhadap tradisi lisan.

Bahkan sampai saat ini, tradisi lisan terus diproduksi sebagai produk kebudayaan di tengah berkembangnya tradisi tulis.

Istilah Jayengtilam sendiri merupakan terminologi dari Bahasa Jawa yang terdiri dari 3 kata jayang ing tilam atau berjaya di peraduan.

Hal ini merepresentasi banyaknya kebudayaan lisan yang berkembang di tempat tidur, seperti halnya dongeng sebelum tidur.

Menurut Setyawan Sahli, Kepala Museum Sonobudoyo, pemilihan judul tersebut terinspirasi dari aktivitas tutur yang dilakukan orang tua kepada anaknya sesaat sebelum tidur.

Tujuannya tentu sebagai upaya penanaman nilai moral maupun norma-norma, kadang kala juga menceritakan tentang leluhur.

Tajuk Jayengtilam juga merupakan nama dari tokoh Panji, yaitu Panji Jayengtilam.

Nama Jayengtilam kemudian diadopsi sebagai bagian dari tajuk pameran sebab berkaitan dengan kesejarahan cerita Panji.

Pada mulanya cerita Panji sebagai maha-karya sastra dari Nusantara terlebih dahulu disebarkan melalui tradisi lisan.

Barulah setelah bertransformasi sebagai identitas lokal Daha dan Jenggala, cerita Panji kemudian dipahatkan pada relief-relief candi.

Dari sisi inilah kolaborasi ide, sejarah, dan kekayaan nusantara diboyong dalam pameran.

Di samping itu, kehidupan tradisi lisan di masyarakat masih terus berkembang hingga saat ini.

Bahkan pewarisan budaya lisan sebagai identitas lokal masih terus dilakukan.

Mitos, gugon tuhon, legenda urban, atau sekedar cerita-cerita setempat menjadi potret nyata dari kelestarian tradisi lisan.

Fenomena inilah yang dijadikan pendorong ide kreatif museum untuk menggelar pameran akhir tahun.

Cara Menuju Lokasi

Masyarakat yang akan menyaksikan tidak dipungut biaya apapun.

Jika akan berkunjung ke pameran ini, apabila membawa kendaraan pribadi dapat diparkir di halaman Museum Sonobudoyo yang letaknya depan Alun-alun Utara.

Kemudian pengunjug dapat berjalan kaki untuk menuju Gedung Pameran Temporer melalui pedestrian Jalan Trikora.

Tidak perlu khawatir, sebab dalam penyelenggaraan pameran ini Museum Sonobudoyo sudah menerapkan protokol kesehatan.

Tempat cuci tangan, pemeriksaan suhu, hingga penerapan jaga jarak selama berkunjung ke pameran ditetapkan untuk menjaga kesehatan.

Bagi masyarakat luas, pameran ini dapat menjadi alternatif kunjungan wisata akhir tahun 2020.

Feature Image Source © Museum Sonobudoyo

Leave a Comment